

Palembang, SibaNews.com,-Penataan Pasar Lemabang, 16 Ilir, dan 26 Ilir oleh PLT Kasat Pol PP Palembang memicu perubahan nyata. Publik kini menanti hasil assessment untuk pengukuhan jabatan definitif.
Pagi itu, aroma khas Pasar Lemabang bercampur dengan semilir angin kota Palembang. Jalan yang dulu sesak oleh lapak pedagang kini kembali lapang, memberi ruang bagi pejalan kaki dan pengendara. Sosok di balik penataan ini adalah Dr. Herison Muis. Sejak dipercaya memimpin Satpol PP sebagai Pelaksana Tugas, ia bergerak cepat menata Pasar Lemabang, Pasar 16 Ilir, dan Pasar 26 Ilir. Hanya dalam hitungan minggu, wajah Kota Palembang berubah. Kini, masyarakat menanti hasil assessment yang digelar Senin dan Selasa lalu — langkah akhir menuju pelantikan definitif.


Di Pasar 16 Ilir, lorong-lorong yang dulunya penuh lapak liar kini terasa lega. Pembeli lebih mudah melihat produk, sementara pedagang merasa nyaman berjualan. “Ternyata malah lebih enak, pembeli bisa lihat barang kami lebih jelas,” ujar seorang pedagang kaki lima.
Penataan di Pasar 26 Ilir pun tak kalah menonjol. Herison kerap turun langsung, berbicara dengan pedagang, mendengar aspirasi, dan menawarkan solusi nyata—bukan sekadar relokasi paksa. Sikap tegasnya dibarengi pendekatan solutif yang menjaga perekonomian lokal tetap berjalan.
Tidak hanya di lapangan, Herison juga membangun sistem respons cepat. Sejak awal menjabat sebagai PLT, ia membentuk URC – Unit Reaksi Cepat. Melalui unit ini, warga bisa melaporkan langsung keluhan atau pelanggaran ketertiban, yang kemudian direspons cepat oleh tim khusus. Bahkan, Herison membuka jalur komunikasi pribadi melalui nomor ponselnya, sehingga masyarakat bisa bertanya atau menyampaikan laporan langsung kepadanya.
Dalam setiap langkahnya, Herison tidak berlama-lama di balik meja. Ia memilih hadir di lokasi, memastikan instruksi dijalankan, dan memberi contoh langsung kepada jajarannya. “Beliau itu kalau lihat masalah langsung turun. Tidak menunggu laporan saja,” kata seorang staf.


Sikap tegas Dr. Herison Muis selalu dibarengi sentuhan humanis. Saat relokasi pedagang kaki lima yang sempat viral di trotoar ia memastikan mereka mendapatkan tempat berjualan yang lebih layak. “Kalau kita mau tertib, semua pihak harus dapat solusi,” tegasnya.
Meski begitu, segelintir pihak mencoba memunculkan opini miring, menuding kinerjanya sekadar pencitraan. Namun, dari jalan Lemabang yang kini lapang, pasar-pasar yang rapi, hingga trotoar yang kembali aman untuk pejalan kaki—semuanya berbicara lebih lantang daripada tuduhan.
Bagi warga, perubahan ini adalah hasil kerja nyata yang disiplin, solutif, dan berpihak pada semua. Kepemimpinan yang tegas namun humanis seperti ini meninggalkan jejak yang sulit dihapus, bahkan oleh kritik yang paling miring sekalipun.(rill)