

Muba Sumsel SibaNews.com-,
Ketahanan pangan bukan hanya jargon yang kuat di spanduk, tetapi kini menjadi gerakan nyata di Desa Ngulak II, Kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
Pemerintah desa menggulirkan program strategis: menjadikan 1,3 hektare lahan desa sebagai basis pertanian produktif—dimulai dengan komoditas jagung sebagai simbol ekonomi rakyat yang dapat tumbuh dari tanah dan menjulang menjadi kesejahteraan.Kamis (25/12/2025),
Pada momentum ini, struktur pemerintahan lokal bergerak bak orkestra yang menampilkan harmoni: perwakilan Camat Hendrik SH MSi melalui Kasi PPDK Masmawi S.Sos, unsur Polsek Sanga Desa melalui Kanit Intelkam IPDA Librata, Babinsa Koramil 401-02/Babat Toman, Koordinator Penyuluh Pertanian, hingga pendamping desa dan lokal desa turut menguatkan legitimasi gerakan.Tidak sekadar hadir tetapi menjadi saksi bahwa desa yang kuat dimulai dari tanah yang tidak dibiarkan tidur.
Kepala Desa Ngulak II, Yuskenedi, menyampaikan pernyataan yang mencerminkan orientasi masa depan,
“Kami memilih bekerja, bukan menunggu. Lahan desa harus melahirkan pangan, dan pangan harus melahirkan ekonomi. Ini bukan proyek musiman, tetapi pondasi kemandirian.”
Program ini bukan hanya “menanam jagung”tetapi menanam paradigma,bahwa ketersediaan pangan lokal adalah instrumen pertahanan ekonomi, mitigasi krisis, dan dasar kedaulatan masyarakat.Jika berlanjut konsisten, desa dapat melangkah ke model agro village di mana pertanian tidak lagi sekadar sektor tradisional, tetapi mesin ekonomi desa. Ujarnya.
Sementara itu, Masmawi S.Sos, mewakili Camat Hendrik, menegaskan bahwa langkah Desa Ngulak II bukan sekadar berkebun, tetapi mengeksekusi strategi nasional dari ujung akar dan akar rumput,
“Inisiatif ini layak menjadi referensi nasional. Desa Ngulak II membuktikan bahwa ketahanan pangan bukan harus menunggu anggaran raksasa cukup kemauan, sinergi, dan keberanian memulai.”
Ia menambahkan, desa yang mampu mengolah tanahnya sendiri telah melampaui satu tahap, dari “mengharap pasokan” menuju “memproduksi kebutuhan”.
Lebih jauh, program ini membuka peluang turunan ekonomi,jagung sebagai pangan, pakan ternak, hingga potensi UMKM berbasis komoditas yang jika dikelola berkelanjutan, kemungkinan ekspansi antar desa bukanlah mimpi.Apa yang terjadi di Ngulak II adalah pembuktian sederhana namun telak,kedaulatan pangan Daerah tidak hanya ditentukan oleh lumbung padi besar tetapi oleh desa-desa yang memilih mengolah tanah lebih cepat dari pada menunggu situasi memburuk.
Di Ngulak II, bibit jagung menjadi bibit harapan. Dan jika kelak panen datang itu bukan sekadar hasil tanaman, tetapi panen martabat sebuah desa.(Td)
