Akibat dari saling tuding, dan tidak mengakui limbah tersebut,warga Desa Tambang Rambang yang terdampak kerugianya,kebun karet yang merupakan hasil mata pencaharian banyak yang mati dan tidak bergetah lagi,ulah dari dua gajah(Pertamina – KSO Forsumen) yang saling tuding kesalahan,malah rumput yang rusak(Rakyat kecil yang jadi korban)
Bustomi berharap supaya masalah limbah ini segera di selesaikan,jangan saling tuding siapa salah dan siapa yang benar,kami rakyat kecil ini menjadi korban,kalau memang perlu melibatkan DLH,silahkan, ataupun sekalian saja SKK Migas,agar kebun karet kami ini segera di bersihkan,dan kembalikan tanah subsoilnya,supaya bisa kami tanami lagi dengan batang karet,agar saya bisa menafkahi kembali anak dan istri.
“Segeralah pak untuk menyelesaikan masalah ini, jangan di tunda tunda lagi, karena masalah ini hampir satu tahun kami menunggunya sampai saat ini baru sebatas cek lokasi,sementara kami terus berjuang mencari tambahan, karena kebun karet yang sudah tidak optimal lagi,kalau memang harus melibatkan DLH(Dinas Lingkungan Hidup) silahkan kami siap, karena kami yakin, limbah ini akibat dari kelalaian pihak PT Pertamina,ataupun KSO Forsumen,bila perlu libatkan juga SKK Migas,agar jelas ini kesalahan siapa”ungkap Bustomi dengan nada kesal.
Ia juga menambahkan,kalau memang Pertamina dan KSO Forsumen tidak mangakui limbah itu milik siapa,saya akan terus memperjuangkan hak saya,baik itu melalui SKK Migas sampai jalan terakhir mengadakan aksi menutup operasional dari pada akses akses Petamina dan KSO.
“Kalau memang tidak ada yang mau mengakui keberadaan limbah yang mencemari kebun karet saya,maka saya akan menyurati SKK Migas karena tidak bekerjanya lembaga tersebut,atas viralnya berita minggu lalu,dan jalan terakhir saya akan melakukan aksi demo di depan SP Ogan sampai ada pertanggung jawaban dari pihak PT”.tutupnya sambil berlalu pergi.(Tim KomatSu)