

Muba Sumsel-SiBaNews.com.-, Sebuah ledakan dahsyat dari lokasi pengeboran milik PT Pertamina di Kelurahan Mangun Jaya, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan terjadi ledakan pada Kamis malam (24/7/2025), pukul 21.00 WIB sempat menggemparkan warga setempat dan memantik sorotan tajam di tingkat nasional.
Meski tak menimbulkan korban jiwa, kejadian ini menyisakan trauma mendalam dan memunculkan pertanyaan serius: mengapa pengeboran minyak dibiarkan begitu dekat dengan permukiman padat penduduk..?
Suara ledakan yang diikuti kepulan asap tebal memaksa warga RT 21 RW 07 berhamburan keluar rumah dalam kepanikan. Anak-anak menangis, orang tua cemas, dan malam yang biasanya tenang berubah jadi medan kepanikan.
“Kami bukan tikus percobaan..! Kalau pengeboran meledak malam ini, apa jaminan tidak meledak lagi besok..?!” seru salah satu warga pasca-ledakan.
Hingga 24 jam pasca-ledakan,pihak Pertamina Belum bisa dikonfirmasikan untuk mendapatkan pernyataan resmi dari manajemen pusat PT Pertamina ke pada media ini.
Satu-satunya suara datang dari perwakilan teknis Pertamina di lapangan, yang mengklaim melalui vidio beredar,mengatakan ledakan merupakan bagian dari prosedur teknik bernama Killing Well—proses menstabilkan tekanan sumur minyak dengan pemompaan fluida.
“Semburan kali ini agak tinggi, tapi tidak berbahaya dan sudah dalam penanganan,” ujarnya dalam vidio.
Namun, warga menilai penjelasan itu dangkal dan tidak menjawab inti persoalan: siapa yang mengizinkan pengeboran minyak di tengah lingkungan padat penduduk..?.
Keresahan warga lokal kini berubah menjadiDesakan Evaluasi Nasiona Izin di Tengah Pemukiman adalah Bom Waktu desakan nasional.
Pengamat energi dan aktivis lingkungan Musi Banyuasin dari 9 naga hitam mulai angkat suara,dan diharap Ketua Komisi VII DPR RI yang membidangi energi dan lingkungan, untuk memanggil Pertamina dan Kementerian ESDM untuk meminta klarifikasi soal izin dan dampak keselamatan terhadap warga di mangun jaya.
.“Kita tidak boleh menunggu korban jiwa. Aktivitas pengeboran di dekat rumah warga adalah kebijakan ngawur yang bisa berubah jadi tragedi nasional,” ujarnya aktivis dalam pernyataan kepada pers, Jumat (25/7/2025).
Pakar kebijakan publik dan aktivis ini juga menyebut insiden ini sebagai “alarm bahaya tata kelola energi nasional.”
Menurutnya, jika izin pengeboran bisa keluar untuk lokasi yang tidak memenuhi standar jarak aman, maka integritas sistem perizinan layak dipertanyakan.Yang paling terdampak tetap masyarakat. Trauma Kolektif dan Kegagalan Mitigasi Meski pihak teknisi menyebut tidak ada deteksi gas beracun, warga mengaku mencium bau menyengat setelah kejadian.
“Kami hidup di tengah sumur minyak, tapi tidak pernah merasa aman. Kami tidak minta banyak, cuma satu: tolong, lindungi kami..!” ujar seorang ibu rumah tangga disputaranwilayah ini.
Insiden Mangun Jaya menjadi ujian bagi Presiden RI dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Publik menuntut investigasi menyeluruh dan transparansi total atas semua aktivitas pengeboran migas yang berdekatan dengan pemukiman dikelurahan mangun jaya ini.
Apakah pemerintah akan berpihak pada keselamatan rakyat, atau kembali tunduk pada dalih teknis korporasi energi..?
Satu hal pasti ledakan di Musi Banyuasin bukan sekadar semburan gas ini adalah semburan peringatan bagi tata kelola energi yang telah terlalu lama mengabaikan nyawa manusia.(Td).
