AMIN MENANG SATU PUTARAN
Oleh : Dwi Kuswantoro)*
Pendaftaran pasangan Capres-Cawapres sudah mulai dibuka hari ini (19/10). Pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) menjadi pasangan yang pertama mendaftar di KPU. Disusul pasangan Ganjar-Mahfud MD.
Sedangkan Capres Prabowo terlihat masih galau siapa yang akan diambil menjadi wakilnya. Menurut banyak sumber dari beberapa pemberitaan tinggal dua orang yang mungkin diambil yaitu Erik Tohir dan Gibran. Siapa finalnya, kita tunggu beberapa hari kedepan.
Prediksi siapa yang akan menang dengan menggunakan asumsi science dengan berbasis survei, Prabowo memimpin dari semua lembaga survei. Terlepas benar atau tidaknya hasil survei tersebut, tentu saja titik uji kebenaranya adalah 14 Februari 2024.
Pasangan AMIN dilihat hasil survei selalu menempati posisi paling bawah. Survei terakhir yang di ekspos oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) untuk bulan Oktober 2023, Capres Anies Baswedan hanya 22,7%, Prabowo meninggalkan jauh 37%, disusul Ganjar Pranowo 35,2%.
Survei sebagai metode memprediksi hasil pemilu, saat ini tidak lagi pyur sebagai metode science, tapi sudah menjadi bagian propaganda pemenangan. Jadi hasil survei tidak perlu dibuat galau.
Kita perlu menengok hasil survei Pilkada DKI (2017), yang menempatkan Anies-Sandi selalu di nomer buncit. Hasilnya menjadi pemenang. Lihat juga Pilkada Jawa Tengah (2018), survei pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah tidak lebih dari 12%. Biarpun akhirnya kalah tapi hasil akhir jauh dari angka survei, yaitu 41,9%. Artinya jumlah 1.400 sampel yang mewakili ratusan juta pemilih tidak cukup akurat untuk melihat hasil akhir. Bahkan terlalu dini kalau dibuat sebagai kesimpulan.
Belajar Prilaku Ikan
Kalau anda yang suka memancing pasti tahu, bagaimana perilaku ikan makan. Ikan yang terlihat dipermukaan cenderung minor untuk makan. Ikan yang mana yang paling potensial makan? Ikan yang ada di kedalaman dan tak terlihat.
Tidak bisa dipungkiri, kegiatan yang dibuat pasangan AMIN selalu berjubel pesertanya. Tidak tanggung-tanggung tidak hanya ribuan, bahkan ada yang menyebut jutaan. Kondisi tersebut sama juga dengan kondisi Pemilu (2019), dimana kampanye Prabowo-Sandi massa juga menyemut. Tapi hasil akhir Jokowi-Makruf Amin yang justru menang.
Kembali tentang perilaku ikan makan, Pemilih yang dibawah dan tidak datang di acara-acara jumlahnya jauh lebih besar. Artinya potensial suara yang menentukan kemenangan justru yang tidak terlihat tersebut. Mereka yang perlu diambil karena mengambil mereka tentu lebih sulit. Mengapa ? Karena mereka tidak terlihat dan adanya di kedalaman (basis).
Belajar pengalaman Pilkada DKI dan Jawa Tengah, pasangan AMIN adalah aktor dari dua perhelatan kontestasi tersebut. Pilkada DKI sebagai pemeran utama adalah Anies Baswedan dan Pilkada Jateng ada Sudirman Said dan PKB yang dahulu juga bekerja bersama.
Dengan komposisi tim dan juga pengalaman dari dua kontestasi sebelumnya, pasangan AMIN paling potensial menjadi pemenang untuk Pilpres 2024, asalkan kandidat, tim, Parpol koalisi pengusung dan pendukung serta relawan bisa mengambil massa yang tidak terlihat yang berada didasar.
Cukup sudah dengan hingar-bingar panggung kampanye, saatnya fokus bekerja pada level basis untuk menjemput kemenangan. Dan kalau strategi seperti halnya memancing ikan diterapkan, bukan tidak mungkin AMIN akan menang tebal dan bisa melenggang dengan satu putaran.
Pilpres Satu Putaran saja
Kami sering membaca catatan yang menyebut supaya sedapat mungkin Pilpres cukup satu putaran saja. Tentu itu harapan yang baik. Dan kami pun yakin dan percaya pasangan AMIN ini dapat memenangkan Pilpres 2024 cukup dalam satu putaran saja. Hal itu tentu bisa terlaksana, jika:
1. Pemilihan Presiden benar-benar berlangsung jujur dan adil. Untuk point pertama ini memang muncul kekhawatiran yang luas bshwa pilpres tidak akan berlangsung jurdil, sebagai dampak dari Politisasi Lembaga Tinggi Negara yang kita kenal dengan Mahkamah Konstitusi (MK). Politisasi terhadap MK ini tidak mustahil akan terjadi kembali pada saat ada sengketa hasil Pilpres 2024 nanti. Karena itu, wajar jika muncul anti pati terhadap MK, terutama kepada keluarga Jokowi (paman Gibran) yang menjabat sebagai Ketua MK itu.
2. Politisasi atas MK, diharapkan tidak terjadi pada ASN melalui Mendagri. Tito Karnavian mesti diingatkan untuk jangan berprilaku seperti Anwar Usman (Ketua MK) itu dalam membela Gibran bin Jokowi.
3. Politisasi KPU, Bawaslu juga jangan sampai terjadi. Kawan-kawan di KPU/Bawaslu tentu telah paham apa tupoksi kerjanya selaku penyelenggara Pemilu. Sudah paham etika sebagai penyelenggara Pemilu. Jangan hianat kepada bangsa dan negara dengan melakukan hal-hak yang tidak etis, apalagi sampai ke tindakan pidana.
4. Kejaksaan dan Kepolisian, serta BIN, juga harus diingatkan supaya fokus pada tugasnya sebagaimana yang di amanatkan Undang-Undang. Jangan bermain api yang bisa membakar rumah kebangsaan kita. Jangan mau di politisasi.
5. Dan tentu saja para pemilih, hendaknya senantiasa memperhatikan makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Hindari terima suap. Jangan mau suaranya di TPS itu di jual. Kalau pun tidak enak rasanya menolak uang pemberian para politisi, terima saja baru masukkan di kotak amal masjid. Jangan anda konsumsi, karena uang para politisi itu, tidak jelas halal haramanya. Bisa jadi dari uang korupsi atau dari uang judi, narkoba dan kejahatan lainnya. Bisa jadi, karena itu hindari mengkonsumsinya.(rill)